TEORI ORGANISASI UMUM 2
INFLASI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL
NAMA ANGGOTA :
1. CHORIJA YUSLI (11110572)
2. DIAH AYU LESTARI (11110946)
3. RATIH PUSPITASARI (15110661)
4. RIA SETIA (15110853)
5. RIZKI TYAS PALUPI (16110150)
KELAS : 2KA24
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
PENDAHULUAN
Latar belakang
Istilah inflasi
digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Dalam ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu
atau proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dapat
dijadikan sebagai indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Inflasi yang tinggi begitu
penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian
yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat,
penganguran yang selalu meningkat. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP deflator.
Sebagai contoh, masalah yang sedang
terjadi di Indonesia diantaranya seperti kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM), krisis moneter dan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang dapat
mempengaruhi inflasi nasional.
Rumusan
masalah
Berdasarkan tulisan ini permasalahan yang
hendak akan dibahas dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah Penyebab
terjadinya Inflasi
2.
Bagaimana penggolongan dari
sebuah inflasi
3.
Bagaimana cara pengukuran
Inflasi
4.
Apa saja dampak dari
terjadinya inflasi
PERMASALAHAN
Data
Inflasi dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
dan yang kedua adalah desakan/tekanan produksi atau distribusi. Untuk sebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank
Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government)
seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Penyebab Terjadinya Inflasi :
1.
Inflasi
tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas
yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment
dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
2.
Inflasi
desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi atau kelangkaan distribusi,
walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan
harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran dan juga karena terbentuknya posisi nilai
keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya,
inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam
negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi juga dapat
dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan
harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup
(Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang
secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila
serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus
berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Inflasi juga dapat digolongkan menjadi empat golongan
yaitu :
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun), ialah Inflasi ringan yang terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun), ialah inflasi yang tak terkendali
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan
tingkat persentase sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komuditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB penunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Dampak dari Inflasi
Inflasi memiliki dampak
positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi)
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contohnya seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990.
Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau
tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha,
tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai,
yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan
orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi, akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang
dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam
uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh permasalahan
Inflasi dikehidupan sehari-hari :
1. Kenaikan BBM di indonesia
Sebagaimana yang kita ketahui, saat ini
bangsa kita sedang mengalami masalah naiknya harga bahan bakar minyak. Ini
dikarenakan permintaan masyarakat akan BBM yang membumbung tinggi sementara
penyediaan barang mengalami kekurangan yang membuat harga barang tersebut
menjadi naik dan timbulnya inflasi. Kenaikan harga BBM memperberat beban hidup
masyarakat terutama mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para
pengusaha, karena kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan
itu akan mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan
sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan.
Naiknya harga BBM di indonesia diawali oleh
naiknya harga minyak dunia yang membuat pemerintah tidak dapat menjual BBM
kepada masayarakat dengan harga yang sama dengan harga sebelumnya, karena hal
itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk subsidi minyak menjadi lebih
tinggi. Maka pemerintah mengambil langkah untuk menaikkan harga BBM.
Dan untuk mengimbangi masalah melonjaknya
harga BBM setiap tahunnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi BBM.
Kebijakan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) bertujuan mengatasi kelebihan beban
APBN. Sebab jika tidak, APBN dipastikan akan mengalami penurunan yang berdampak
langsung pada berhentinya pembangunan nasional.
Setelah sekian lama kebijakan subsidi BBM
dijalankan , timbul berbagai kontravensi untuk segera menghentikan kebijakan
subsidi bbm, karena setelah di lihat-lihat ternyata kebijakan subsidi ini tidak
berjalan efektif dan jauh dari tujuan semula. Karena selama ini pemerintah
terus memberi subsidi untuk BBM yang dikeluarkan dari APBN. Subsidi bbm yang
melambung tinggi dan terus menekan APBN menyebabkan perekonomian indonesia
semakin parah.
Akibat dari kenaikan harga BBM antara lain adalah :
1.
Inflasi meningkat ( ditandai
dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok )
2.
Ongkos angkutan umum yang dapat
naik
3.
Banyak pengangguran
4.
Biaya hidup makin berat
5.
Banyak yang putus asa
6.
Keamanan menurun
7.
Penerimaan pajak turun
8.
APBN tertekan
9.
Subsidi meningkat
10. naiknya angka kemiskinan, pengganguran dan kriminalitas
11. pertumbuhan ekonomi melamban dan menurunkan daya saing
12. kepanikan dan keresahan masyarakat karena bingung bagaimana cara
untuk menutupi kebutuhannya karena harga barang-barang mahal
2. Krisis moneter di indonesia
Krisis
moneter yang melanda negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyebabkan
rusaknya sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter menyebabkan
terjadinya imported inflation sebagai
akibat dari terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, yang selanjutnya mengakibatkan tekanan inflasi yang berat bagi
Indonesia. Fenomena inflasi di Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan
suatu fenomena jangka pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi
seperti halnya yang umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang
lainnya, masalah inflasi di Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang
karena masih terdapatnya hambatan-hambatan
struktural dalam perekonomian negara. Dengan demikian, maka pembenahan masalah
inflasi di Indonesia tidak cukup dilakukan dengan menggunakan
instrumen-instrumen moneter saja. Devaluasi menjadi penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di
Asia dan akhirnya menimbulkan masalah inflasi di dalam negeri.
Banyak pendapat yang mengatakan
bahwa inflasi di Indonesia lebih didominasi oleh penyebab non ekonomis.
Permasalahan penyebab ekonomis dan non ekonomis di Indonesia memang menimbulkan
kontroversi yang cukup tinggi. Aspek-aspek non ekonomis terkadang memberikan
pengaruh yang signifikan bagi perubahan-perubahan indikator ekonomi. Dalam
tulisan ini, faktor-faktor non ekonomis dieliminir dan diasumsikan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat inflasi. Fenomena inflasi di
Indonesia sendiri memunculkan banyak pendapat mengenai sumber inflasi dan aspek
kausalitas. Inflasi
di Indonesia dipicu oleh Jumlah uang beredar yang terlampau besar dan di sisi
lain terdapat kelompok yang mengatakan bahwa inflasi di Indonesia disebabkan
karena ketergantungan Indonesia bagi barang impor. Sisi kausalitas inflasi muncul karena inflasi itu
tidak hanya merupakan akibat dari faktor ekonomi namun juga dapat menyebabkan
perubahan faktor ekonomi yang lain.
3. Turunnya nilai riil kekayaan masyarakat
Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk
kas, karena nilai tukar kas tersebut akan menjadi lebih kecil, karena secara nominal harus
menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar. Sebagai contoh, jika uang Rp.
10.000,- tadinya bisa dibelikan 10kg beras yang berharga Rp.1000,-/kg, maka
setelah adanya inflasi uang Rp.10.000,- tersebut hanya dapat ditukarkan dengan
5kg beras saja, karena sekarang harga beras menjadi lebih mahal (Rp.2000,-/kg).
Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva tetap (umumnya
golongan ekonomi menengah ke atas) justru diuntungkan dengan kenaikan harga
akibat inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi akan membuat jurang kesenjangan akan semakin
lebar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Apabila harga suatu barang mengalami
penurunan, maka daya beli masyarakat dan permintaan masyarakat akan barang
tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami kenaikan,
maka daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Sebagaimana yang tercantum
dalam hukum permintaan. Berbanding terbalik dengan penawaran, jika harga suatu
barang sedang mengalami penurunan, maka penawaran barang tersebut akan menurun
pula, tetapi jika harga barang tersebut sedang mengalami kenaikan, maka
penawaran akan barang tersebut juga akan meningkat. Sesuai dengan hukum
penawaran.
Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah
faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung pada
kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
SARAN
Pemerintah Indonesia harus segera mengambil
suatu tindakan yang bijak, lebih memperhatikan masyarakat dan harus bisa
memperlambat laju inflasi. Karena inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat
dan juga sangat menyengsarakan masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya
inflasi kesejahteraan masyarakat Indonesia pun kian berkurang.
Namun tidak hanya pemerintah yang berusaha
untuk mengatasi masalah inflasi ini tapi masyarakat juga harus mendukung
pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan contohnya pemakaian bahan bakar
minyak dengan melakukan efisiensi energi pada sektor transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_1105.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar