I.
Pengertian dan
Konsep Pendapatan
a.
Pengertian Pendapatan
Akuntansi
merupakan keg\iatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu
badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan
posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
Pendapatan
sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai
pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Sedangkan pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu
tahun. Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Pendapatan nasional dapat dilihat
dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan nilai produksi, pendekatan
pengeluaran, dan pendekatan pendapatan. Ketiga pendekatan itu akan menghasilkan
jumlah pendapatan nasional yang sama besar.
b.
Konsep Pendapatan
·
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk
domestik bruto atau yang disebut juga dengan Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk berupa barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara
yang bersangkutan. Sementara barang-barang yang dihasilkan termasuk barang
modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
·
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk
Nasional Bruto atau yang disebut juga dengan Gross National Product (PNB)
meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara (nasional) selama satu tahun, termasuk hasil produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak
termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara
tersebut.
·
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan
Nasional Neto atau yang disebut juga dengan Net National Income (NNI) adalah
pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari
NNP dikurang pajak tidak langsung ( pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll )
·
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan
perseorangan atau yang disebut juga dengan Personal Income (PI) adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh
tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung
pembayaran transfer ( penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional
tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan,
tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah,
dan sebagainya ).
·
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan
yang siap dibelanjakan atau yang disebut juga dengan Disposable Income
(DI) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan
jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income
(PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah
pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus
langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
II.
Metode
Perhitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
·
Metode
Pendapatan (Income Approach)
Metode
pendapatan memandang nilai output
perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi dengan
cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang
diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu
. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas
seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
·
Metode Output
(Output Approach) atau Metode Produksi
PDB dalam
metode ini adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah
output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya
saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian
berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi
penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya
angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode
produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing
sektor.
·
Metode
Pengeluaran (Expenditure Approach)
Nilai PDB
menurut metode pengeluaran, merupakan
nilai total dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada
beberapa jenis agregat dalam suatu perekonomian:
1. Konsumsi Rumah
Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran
sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang
habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat
dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
2. Konsumsi
Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk
dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure).
Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk
dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
3. Pengeluaran
Investasi (Investment Expenditure)
Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha.
Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun
barang setengah jadi.
4. Ekspor Neto
(Net Export)
Yang dimaksud
dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor
neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor.
Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan
perekonomian lain (dunia).
III.
Masalah-Masalah
dan Keterbatasan Dalam Perhitungan PDB
a.
Perhitungan
PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB
akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara,
dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut
PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada
US$ 450,00.
Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari
pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan.
Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi
kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB
perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut
dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit
hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Faktor utama pemicu gejala tersebut
adalah masalah distribusi pendapatan.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran
tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan
gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada
hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial
makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika
sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat,
kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi,
kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan,
kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita
disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak
bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika
Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin
(misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di
negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan
kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat
dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat
produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah
kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi.
Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika
kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern
(industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai
tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
3) Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup
dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor
kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang
produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan
umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik,
menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga
merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun
dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru
dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.
thanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id